FENOMENA
DEPRESI
Depresi
Dalam keseharian pada umumnya fenomena
depresi pada seorang individu adalah fenomena yang sering dijumpai. Biasanya yang
paling kerap mengalami depresi adalah orang dewasa dan remaja, yang meliputi
rasa sedih, lesu, tidak berminat pada aktivitas apapun meski menyenagkan, dan
didalam kasus depresi remaja sendiri depresi tidak muncul sebagai kesedihan
saja melainkan sebagai perasaan mudah terganggu, bosan, atau ketidakmampuan
untuk mengalami rasa senang. Situasi peyebab
utama depresi adalah kegagalan di sekolah di tempat kerja, atau kegagalan dalam
hal cinta.
Depresi dianggap abnormal ketika
depresi tersebut diluar kewajaran dan berkelanjutan sampai saat dimana
kebanyaan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson dkk., 1992). Dan
di dalam pedoman penggolongan & diagnosa gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ
III) (1993) disebutkan bahwa gangguan utama depresi adalah adanya gangguan suasana
perasaan, kehilangan minat, menurunya kegiatan, pesimisme menghadapi masa yang
akan datang. Pada kasus depresi secara abnormal dapat diartikan sebagai
ketidakmauan yang ekstrim untuk merespon stimulus dan disertai menurunnya nilai
diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa (Chaplin, 1995).
Ciri-ciri umum depresi
Menurut Nevid dkk,
(2003) ciri-ciri umum dari depresi adalah :
a.
Perubahan
pada kondisi emosional
Perubahan pada kondisi mood (periode
terus menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram). Penuh dengan
air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung),
kegelisahan atau kehilangan kesadaran.
b.
Perubahan
dalam motivasi
Perasaan
tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari
atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi
sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam
aktivitas yan menyenangkan. Menurunya minat pada seks serta gagal untuk berespon
pada pujian atau reward.
c.
Perubahan
dalam fungsi dan perilaku motorik
Gejala-gejala
motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni
tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan
lebih perlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu
banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa
kesulitan untuk tidur kembali). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu
banyak atau terlalu sedikit). Perubahan dalam berat badan (bertambah atau
kehilangan berat badan). Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada
biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang
terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi.
d.
Perubahan
kognitif
Kesulitan
berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif mengenai diri sendiri da masa
depan. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan dimasa lalu.
Kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat. Berpikir kematian atau
bunuh diri.
Faktor penyebab
depresi
Pada umumnya penyebab
depresi meliputi :
a.
Usia
Depresi
mampu menjadi kronis apabila depresi muncul untuk pertama kalinya pada usia 60
tahun keatas. Berdasarkan hasil studi pasien lanjut usia yang mengalami depresi
diikuti selama 6 tahun, kira-kira 80% tidak sembuh namun terus mangalami
depresi atau mengalami depresi pasang surut.
b.
Status
sosial ekonomi
Orang
dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki resiko yang lebih rendah
memiliki resiko yang lebih besar dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik.
c.
Status
pernikahan
Di dalam
pernikahan bagi pasangan suami istri yang gagal membina hubungan pernikahan
atau ditinggalkan pasangan karena meninggal, akan memicu terjadinya depresi.
d.
Perbedaan
gender
Depresi pada perempuan dewasa dan remaja perempuan
lebih mungkin terkena depresi dibandinkan laki-laki (Birmaher et al.,1996;
Brent & Birmaher, 2002; Cicchetti & Toth, 1998; Ge, Conger, dan Elder,
2001; Stice et al., 2001). Perbedaan gender ini mungkin berkaitan dengan
perubahan biologis terkait pubertas atau dengan cara anak perempuan
disosialisasikan (Birmaher et al., 1996) dan kerentanan mereka yang lebih besar
untuk mengalami stres dalam hubungan sosial (Ge et al., 2001; USDHHS, 1999b).
Penanggulangan depresi
Depresi
dapat ditekan dan ditanggulangi menggunakan terapi perilaku kognitif dan
mengkonsumsi SSRI atau kepanjangan dari Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors, tipe obat antidepresan. Penggunaan SSRI pada tahun
1990-an merupakan pengobatan yang paling umum bagi kaum remaja (NCHS, 2004). Terapi
perilaku kognitif juga memiliki dampak yang efektif, di dalam jenis terapi ini
biasanya pasien belajar memilih aktivitas yang menyenagkan, meningkatkan
keterampilan sosial, dan memodifikasi cara berpikir yang merendahkan diri
sendiri yang dapat menyebabkan depresi (Brent & Birmaher, 2002).
Daftar pustaka :
Riyanti Dwi, B.P., Prabowo
Hendo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Gunadarma
Papalia, D. E., Olds, S. W.,
Feldman, R. D. (2009). Human Development 10th ed. Jakarta : Salemba Humanika
Http://digilib.unomus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-yanuarhida-5482-3-babii.pdf