Sabtu, 27 September 2014

Sistem Kekerabatan

A.     PENGERTIAN KEKERABATAN / KEKELUARGAAN

Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara pihak tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama baik memiliki keturunan biologis , social, dan budaya. Hubungan kekerabatan iniadalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokan tiap orang kedalam kelompok social peran katagori dan silsilah. Dan dalam Antropologi system kekerabatan termasuk dalam keturunan dan pernikahan .

Sitem kekerabatan menurut Meyer Fortes adalah bahwa system kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untu kmenggambar struktur social dari masyarakat yang bersangkutan .

B.    PEMIKIRAAN TENTANG ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Untuk mengetahui tentang asalmula dan perkembangan keluarga disini kita dapat melihat adanya tahapan tahapan dari teori yang berkaitan dengan bagaimana caranya berkembangnya suatu keluarga

1)      J Lubbock seorang ahli Antropologi tua berpendapat bahwa awal mulanya manusia hidup dari berkelompok dimana antara lakilaki dan perempuan mempunyai keturunan tanpa adanya ikatan sehingga memiliki keluarga inti (nuclear family). Hal ini dianggap tahap pertama dalam asal mula dan berkembangnya suatu keluarga.

2)      Tahapkedua, disini menjelaskan bahwa cepat atau lambat anak dan ibunya akan menyadari bahwa mereka sebagai keluarga inti didalam masyarakat, disebabkan anak hanya mengenal ibunya sedangkan dengan ayahnya tidak maka dari itu ibu berperan sebagai kepala keluarga. Didalam keluarga intipun sangat dihindari perkawinan antara ibu dan anak lakilaki karena ditakutan akan terjadi adat perkawinan diluar batas disebuah keluarga yang disebut exogami. Kelompok keluarga tadi mulai meluas karena garis keturunan untuk selanjutnya selalu diperhitungkan melalui garis ibu. Dengan keadaan seperti ini timbul suatu keadaan masyarakat yang waktu itu oleh Wilken disebut matriarchaat. Ini adalah tingkat kedua dari perkembangan kebudayaan masyarakat.


3)      Ditahap yang ke-2 ada ibu yang menjadi kepala keluarga sedangkan ditahap ke-3 ayah menjadi kepala keluarga karena tidak puas dengan keadaan tahap ke2 caranya mereka mulai mengambil calon istri dari kelompok lain dan membawanya ke kelompok mereka sendiri. Keturunan mereka juga tetap tinggal bersama kelompok pria. Kejadian ini menimbulkan suatu kelompok keluarga dengan si ayah sebagai ketua, dan dengan meluasnya kelompok ini, timbul keadaan patriarchaat. Ini adalah tingkat ketiga dalam proses perkembangan kebudayaan manusia.

4)      Ditahap yang terakhir atau yang ke-4 ini terjadi jika adanya exogami yang berubah menjadi endogami yang artinya anak memilki hubungan langsung dengan anggota keluarga ayahnya dan ibunya. Patriachaat dan Matriachaat lambat laun akan menghilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan yang disebut oleh Wilken sebagai susunan Parental atau Bilateral.

C.     RUMAH TANGGA DAN KELUARGA INTI

Untuk mengenal tentang keluarga inti kita harus mengenal tentang tingkat daur ulang yang artinya menelaah tentang tingkatan manusia sepanjang hidup yang dalam Antropologi. Tingkatan-tingkatan daur ulang adalah masa bayi, masa panyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sudah menikah, masa kehamilan, masa usia lanjut dll. Setiap peralihat dari tingkat kehidupan ketingkat berikutnya, besar diadakan upacara yang sifatnya universal.

Perkawinan akan menimbulkan sebuah keluarga yang memiliki kesatuan yang disebut rumah tangga tugasnya mengurus perekonomian rumah tangga tugasnya mengurus perekonomian rumah tangga. Rumah tangga terdiri dari keluarga , tetapi rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 keluarga inti karena rumah dapat diperbesar dan pergenerasi keluarga terus bertambah.

---------- Biasanya seorang peneliti untuk menghitung jumlah rumah tangga menggunakan dapur yang ada dirumah tersebut bukan jumlah bangunan atau keluarga inti yang ada ---------------------------------------------------------------------------

Keluarga inti adalah terdiri dari suami ,istri dan anak-anak mereka yang belum menikah atau bias disebut juga keluarga conjugal. Biasanya suami dan istri saling kerja sama untuk memikirkan pentingnya pendidikan dalam sosialisasi untuk keturunannya. Bentuk keluarga inti seperti ini yang sederhana biasa disebut monogami yang terdiri dari lakilaki dan perempuan. Tetapi jika didalam sesuatu keluarga inti yang lebih dari seorang suami dan istri kita bisa sebut poligami. Jika didalam keluarga ini ada seseorang suami tetapi lebih dari seorang istri keluarga tersebut disebut poligini sedangkan dikeluarga inti terdapat seorang istri tetapi lebih dari seorang suami disebut  poliandri.
Rupanya jumlah suku bangsa di dunia yang mengenal suatu masyarakat dengan keluarga-keluarga inti yang berdasarkan poligini lebih besar dari pada keluarga-keluarga inti berdasarkan monogami. Sebaliknya tidak boleh dilupakan bahwa pada  semua suku bangsa di dunia yang mengenal sistem poligini, tidak pernah didapat keluarga inti secara 100% berdasarkan poligini. Biasanya hanya suatu bagian kecil dari pada orang-orang dalam tiap suku bangsa yang mengenal poligini itu melakukanya. Menurut para ahli, biasanya kurang dari 20% melakukan poligini, dan mereka itu biasanya adalah orang-orang dari kelas atas, bangsawan, orang-orang kaya, dan sebagainya, dalam masyarakatnya mereka masing-masing. Kecuali itu, jangan dilupakan bahwa lepas dari soal jumlah suku bangsa yang mengenal sistem poligini, sebagian besar dari jumlah penduduk dunia hidup dalam keluaga inti yang berdasarkan monogami, karena suatu bagian yang amat basar dari dunia sekarang terpengaruh oleh bentuk-bentuk keluarga inti yang dikenal oleh bangsa-bangsa Eropa dan Amerika, yang semua memang berdasarkan monogami. Adapun keluarga inti yang berdasarkan poliandri tidak banyak contohnya.

Harus diingat bahwa kedua pengertian, ialah rumah tangga dan keluarga batih, harus kita pisahkan dengan tajam. Seperti telah  dikatakan di atas, rumah tangga bisa lebih besar dari keluarga inti, dan terdiri dari orang-orang warga keluarga inti, ditambah orang-orang menumpang, pembantu-pembantu rumah tangga, pelayan dan kadang-kadang budak-budak, atau terdiri dari dua atau tiga keluarga inti. Sebaliknya, ada pula rumah tangga yang lebih kecil dari keluarga inti, misalnya kalau suami dan istri tinggal terpisah dalam dua kota yang berlainan, atau dalam suatu keluarga inti yang berdasarkan poligini tiap istri hidup dengan anak-anaknya masing-masing, dalam rumahnya sendiri-sendiri,  dan mengurus ekonomi rumah tangganya sendiri-sendiri.

Pada semua keluarga inti dalam semua masyarakat di dunia, kita lihat adanya dua fungsi pokok yang sama, ialah :

1.             Keluarga inti merupakan kelompok dimana individu pada dasarnya dapat menerima bantuan umat dari sesama.
2.             Keluarga inti merupakan kelompok dimana individu itu awalnya ketika mereka mandiri dan masih harus mendapatkan pengasuhan tau pemulaan dari pendidiknya.


D.    Kelompok-kelompok kekerabatan

Bentuk-bentuk keluarga inti adalah kesatuan yang dalam antropologi disebut KIngroup, atau kelompok kekerabatan.

 Yang dimaksud dengan group atau kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang-kurangnya 6 unsur yaitu:

1.                       Sistem norma-norma yang mengatur tingkah laku warga kelompok
2.                       Rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warga
3.                       Interaksi yang intensif antar warga kelompok
4.                       Sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antar warga kelompok
5.                       Pemimpin yang mengatur kegiatan-kegiatan kelompok
6.                       Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka        
       tertentu

Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsure pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan. Tidak semua kelompok memiliki ke-6 unsur tersebut, karena selain wujudnya berbeda beda ada pula yang berbeda nilainya.






G.P Murdock membedakan 3 katagori kelompok kekerabatan berdasarkan fungsinya, yaitu ;

I.                   Kelompok kekerabatan berkorporasi, sifatnya eksklusif dan biasanya memiliki ke-6 unsur tersebut. Dan jumlah kelompok ini biasanya terbatas.

II.                   Kelompok kekerabatan kadang kala, sering kali tidak memiliki semua unsur yang ke-6. Kelompok jenis ini biasanya terdiri dari banyak  anggota. Sehingga interaksi yang terus menerus tetapi hanya berkumpul kadang kadang saja.

III.                   Kelompok kekerabatan menurut adat, biasanya tidak memiliki unsur-unsur 4,5, dan 6 dan kadang unsur 3. Kelompok-kelompok ini bentuknya sudah semakin besar sehingga ,warganya tidak saling mengenal. Mereka umumnya hanya mengatahui keberadaan warga kelompok berdasarkan tanda-tanda yang ditentukan adat.

Selain keluarga inti, ada beberapa bentuk kelompok kekerabatan yang sifatnya universal, yakni kelompok kekerabatan dengan seorang tokoh atau keluarga yang masih hidup sebagai pusat perhitungan disebut (ego-ori-ented kingroups), yang termasuk golongan pertamainiialah Kindred dan keluarga luas.
Kelompok yang kedua ialah kekerabtan berdasarkan hubungan kekerabatan disebut (encestor-oriented kingroup), dan yang termasuk kelompok kedua ini adalah keluarga ambelined kecil, keluarga ambilined besar, keln kecil, klen besar, kfatri, dan paroh masyarakat.

CATATAN !
·         Kindkred. Dalam masyarakat didunia seseorang sering bergaul saling bantu-mem bantu melakukan aktifitas bersama saudara-saudaranya. Misalnya: pada hari ulang tahun.
·         Keluarga luas. Terdiri dari lebih keluarga inti, tetapi semuanya merupakan suatu kesatuan social yang amat erat dan biasanya hidup atau tinggal bersama dalam satu rumah.
·         Keluarga abilineal kecil. Terjadi ketika suatu keluarga luas yang untrolokal mendapat suatu kepribadian oleh warganya, contohnya timbul pelukis etnografi yang baik, terbukti ada banyak didunia.
·         Keluarga ambelineal besar. Kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa angkatan yang diturunkan oleh nenek moyang yang tidak saling mengenal, jumlah mereka berates-ratus
·         Klen besar. Merupakan suatu kelompok yang terdiri dari semua nenek moyang yang diperhitungkan melalui garis keturunan sejenis.
·         Klen kecil. Merupakan suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan dirinya berasal dari seorang moyang, dan terikat melalui garis keturunan yang suatu, baik laki-laki atau perempuan
·         Fatri adalah kelompok kekerabatan  yang sifatnya local dan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat.
·         Paroh masyarakat adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fatri, tetapi yang selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.

E.   Prinsip-Prinsip Keturunan yang Mengikat Kelompok-Kelompok Sosial

                Setiap individu yang hidup dalam suatu masyarakat secara biologis dapat menyebut kerabat semua orang sesamanya yang mempunyai hubungan darah atau genes melalu ibu atau ayahnya. Namun bagi seorang individu, batas kaum “ kerabat sosiologisnya” atau kaum kerabatnya dalam rangka kehidupan masyarakatnya juga berbeda bila dipandang dari tiga sudut, antara lain:
1.        Batas kesadaran kekerabatan (kinship awareness).
2.        Batas dari pergaulan kekerabatan (kinship affiliations).
3.        Batas dari hubungan-hubungan kekerabatan (kinship relations).

Batas-batas dari hubungan kekerabatan ditentukan oleh prinsip-prinsip keturunan atau principle of descent. Menurut para ilmuwan, ada paling sedikit empat macam prinsip keturunan, yaitu:
1.        Prinsip patrilineal atau patrilineal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria saja.
2.        Prinsip matrilineal atau matrilineal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui wanita saja.
3.        Prinsip bilineal atau bilineal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria saja untuk sejumlah hak dan kewajiban tettentu, dan melalui wanita untuk sejumlah hak dan kewajiban yang lain.
4.        Prinsip bilateral atau bilateal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria maupun wanita.

Dalam prinsip bilateral sendiri terdapat tambahan-tambahan prinsip, yaitu:

1.        Prinsip ambilineal, yang menghitungkan hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui pria, dan untuk sebagian orang lain dalam masyarakat itu juga melalui wanita.
2.        Prinsip konsentris, yang menghitungkan hubungan kekerabatan sampai jumlah angkatan yang terbatas.
3.        Prinsip promogenitur, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria maupun wanita, tetapi hanya yang tertua saja.
4.        Prinsip ultimogenitur, yang menghitungkan hubungan kekerabagan melalui pria maupun wanita, tetapi hanya yang termuda saja.

F.    Sistem Istilah Kekerabatan

Sistem istilah kekerabatan inti mempunyai hubungan yang erat dengan sistem kekerabatan dalam masyarakat. Hubungan antara sistem istilah kekerabatan dalam suatu bahasa dengan sistem kekerabatan dari suku bangsa yang mengucapkan bahasa itu adalah suatu hal yang mula-mula ditemuka oleh L.H. Morgan.
Menurut para sarjana antropologi, masalah istilah kekerabatan dapat di pandang dari tiga sudut, yaitu:
1.                                 Dari sudut cara pemakain dari pada istilah-istilah kekerabatan pada umumnya.
2.        Dari sudut susunan unsur-unsur bahasa dari istilah-istilahnya.
3.        Dari sudut jumlah orang kerabat yang di klasifikasikan kedalam suatu istilah.
Dipandang dari sudut  cara pemakaian dari istilah-istilah kekerabatan pada umumnya, maka tiap bahasa mempunyai dua macam sistem istilah yang disebut, istilah menyapa atau term of adress, istilah menyebut atau term of reference.

Dipandang dari sudut susunan unsur-unsur bahasa dari istilah-istilah kekerabatan, maka tiap sistem istilah kekerabatan itu menpunyai tiga macam istilah, yaitu; istilah kata dasar atau elementary terms, istilah kata ambilan atau derivative terms, istilah deskriftif atau descrivtive terms.

Dipandang dari sudut jumlah orang kerabat yang diklasifikasikan kedalam satu istilah itu, maka tiap sistem istilah kekerabatan mempunyai tiga macam istilah, yaitu; istilah denonatif atau denotatif term, istilah designatif atau designative term, istilah klasifikatoris atau clasivicatory term.

Para sarjana antropologi telah mendapatkan berbagai macam metode untuk mengupas sistem-sistem istilah kekerabatan. Salah satu bagian adalah misalnya istilah-istilah untuk menyebut istilah saudara kandung dan saudara sepupu. Sistem istilah kekerabatan suku bangsa di muka bumi dapat digolongkan dalam enam tipe, diantaranya yaitu;
  1. Tipe hawaiian. Dalam tipe istilah ini semua saudara sepupu mempunyai istilah yang sama dengan saudara kandung. Tipe ini sering disebut generation type.
  2. Tipe Eskimo. Dalam tipe istilah untuk saudara sepupu ini semua saudara sepupu disebut dengan satu istilah berbeda dengan istilah untuk saudara sekandung. Tipe ini juga disebut  linial type.
  3. Tipe Iroquois. Dalam tipe ini saudara sekandung yang parallel cousin mempunyai istilah yang sama dengan saudara sekandung, tetapi berlainan dari saudara sepupu yang cross cousin. Tipe ini sering kali disebut bifurcate margin type.
  4. Tipe Sudan. Dalam tipe ini baik parallel cousin maupun cross cousin masing-masing mempunya istilah-istilah khusus yang berbeda lagi dari istilah untuk saudara kandung. Tipe isi sering disebut bifurcate collateral type.
  5. Tipe Omaha. Dalam tipe ini parallel cousin mempunyai istilah-istilah yang sama dengan saudara kandung, sebaliknya cross cousin dari pihak ayah mempunyai istilah yang berbeda dengan cross cousin dari pihak ibu, tetapi istilah cross cousin melanggar prinsip generation, sehingga cross cousin dari pihak ayah mempunyai istilah yang sama dengan anak saudara wanita, dan cross cousin dari pihak ibu mempunyai istilah yang sama dengan saudara wanita ibu dan ibu-ibu.
  6. Tipe Crow. Dalam tipe ini juga parallel cousin mempunyai istilah yang sama dengan saudara kandung. Cross cousin mempunyai istilah yang ama dengan saudara-saudara kandung. Cross cousin mempunyai istilah-istilah yang khusus, yang juga melanggar prinsip generation, sehingga cross cousin dari pihak ayah mempunya istilah yang sama dengan saudara wanita ayah dan ibu ayah, dan cross cousin dari pihak ibu mempunyai istilah yang sama dengan saudara anak laki-laki.

G.    Sopan Santun Pergaulan Kekerabatan

Dalam hal menyelediki dan mengupas suatu sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat, ada baiknya seorang peneliti juga memperhatikan adat sopan santun pergaulan atau kinship behaviour dan mencoba mencatat hal itu setepat mungkin. Adat sopan santun pergaulan memang menentukann bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap kerabatnya yang satu, dan bagaimana terhadap kerabatnya yang lain, dan karena itu mengandung banyak bahan yang bisa menerangkan sistem kekerabatannya pada umumnya dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dalam masyarakat dari hampir semua suku bangsa di Indonesia, adat sopan santun yang menentukan bahwa kelakuan terhadap kerabat-kerabat yang amat tua harus bersifat menghormati, adapula kerabat-kerabat yang dapat kita pergauli dengan sikap bebas. Dalam masyarakat suka-suku bangsa lain didunia, adat yang menentukan kepada siapakah orang harus bersikap hormat dan kepada siapakah orang bisa bersikap bebas.

Beberapa sarjana antropologi telah mencoba menerangkan mengapa adat sopan santun hubungan kekerabatan yang mengandung hormat maupun kebebasan itu dapat meningkat ke arah kedua ekstrim tersebut. Ada suatu teori yang menerangkan bahwa kedua bentuk adat sopan santun yang ekstrim tersebut hanya suatu saluran psikologis saja untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan yang selalu timbul antara individu yang berada dalam pergaulan secara terus-menerus dan intensif. Bergaul secara erat memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mengetahui kelemahan-kelemahan masing-masing, dan memberi lebih banyak kesempatan untuk konflik dan ketegangan. Dalam banyak masyarakat kecil di dunia, seseorang sering terpaksa harus bergaul dengan kaum kerabatnya secara erat sekali,  konflik dan ketegangan harus di hindari dengan adat-adat sopan santun bersungkan atau bergurau.

H.    Ikhtisar  Kelompok-Kelompok Kekerabatan

Kelompok-kelompok kekerabatan tersebut, yang tersusun menurut tata urutan dari yang kecil sampai besar, dapat kita periksa fungsi-fungsi sosialnya. Fungsi sosial dari kelompok-kelompok kekerabatan kecil, khusunya dari keluarga batih dan keluarga luas, adalah mengurus tata laksana kehidupan rumah tangga, sedangkan usaha mata pencaharian hidup sebagai kesatuan juga hanya bisa dilaksanakan oleh kelompok-kelompok kerabatan yang kecil, ketat.
Fungsi melambangkan kesatuan adat dalam kenyataan berwujud penyelenggaraan-penyelenggaraan dari ucapan agama (seperti upacara pembakaran tulang belulang nenek moyang), atau upacara sosial politik (seperti potlatch), yang bertujuan memperkokoh rasa indentited klen besar, fratri, atau paruh masyarakat. Masyarakat-masyarakat dengan klen besar, tetapi tanpa fratri atau moiety, atau sudah hilang organisasi itu, juga tidak mempunyai kehidupan  klen besar, arti klen besar sebagai kelompok kerabat hilang fungsi sosialnya. Contohnya adalah misalnya marga batak yang seperti telah diuraikan diatas, merupan klen besar dengan beratus-ratus ribu warga, yang satu dengan yang lain tidak saling kenal-mengenal lagi. Karena marga batak tidak kenal lagi sistem fratri atau moiety yang berarti, maka arti dari marga besar (bukan marga kecil) dalam kehidupan orang batak hilang atri dan fungsi sosialnya.

 Dalam zaman modern ini banyak dari fungsi-fungsi sosial diambil alih oleh lain-lain pranata sosial dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Dalam masyarakat sekarang misalnya, yang biasanya berdasarkan negara nasional, jarang kekuatan politik dikerahkan melalui saluran-saluran kekerabatan, melainkan melalui partai-partai politik, organisasi buruh, atau lembaga-lembaga politik dalam rangka negara nasional. Misalnya, mengerahkan tenaga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam masyarakat kota, bahkan sekarang makin lama makin banyak juga dalam masyarakat perdesaan, jarang lagi memakai saluran hubungan kekerabatan, karena bermacam-macam tenaga buruh, masing-masing dengan keahlian yang khusus, dapat dikerahkan dalam sistem upah.  
 

Kesimpulan

     Dengan demikian dapat disampaikan bahwa hubungan kekerabatan atau kekeluargaan ini dalam menjalin hubungannya dimulai dari tahap yang paling awal yaitu dalam keluarga atau rumah tangga. Dan hubungan kekerabatan ini juga merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan, caranya dapat di tempuh dengan adanya perkawinan dan juga keturunan.

Di Indonesia sendiri terdapat banyaknya sistem kekerabatan yang berlangsung dalam berbagai suku – suku yang ada di Indonesia, contohnya seperti suku bugis dengan patron kliennya ( sistem kesetia kawanan ) dan banyak lagi.

 
DAFTAR PUSTAKA :

Koentjaraningrat.1996.Pengantar ilmu antropologi jilid 1.Jakarta:  Rineka Cipta
Koentjaraningrat.1967.Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Yogyakarta: Dian Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar