A. PENGERTIAN KEKERABATAN / KEKELUARGAAN
Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara pihak tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama baik memiliki keturunan biologis , social, dan budaya. Hubungan kekerabatan iniadalah salah satu prinsip mendasar untuk mengelompokan tiap orang kedalam kelompok social peran katagori dan silsilah. Dan dalam Antropologi system kekerabatan termasuk dalam keturunan dan pernikahan
.
Sitem kekerabatan menurut
Meyer
Fortes adalah bahwa
system kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untu kmenggambar struktur social dari masyarakat yang bersangkutan .
B. PEMIKIRAAN TENTANG ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN KELUARGA
Untuk mengetahui tentang asalmula dan perkembangan keluarga disini kita dapat melihat adanya tahapan tahapan dari teori yang berkaitan dengan bagaimana caranya berkembangnya suatu keluarga
1)
J
Lubbock seorang ahli Antropologi tua berpendapat bahwa awal mulanya manusia hidup dari berkelompok dimana antara lakilaki dan perempuan mempunyai keturunan tanpa adanya ikatan sehingga memiliki keluarga inti (nuclear family). Hal ini dianggap tahap pertama dalam asal mula dan berkembangnya suatu keluarga.
2)
Tahapkedua, disini menjelaskan bahwa cepat atau lambat anak dan ibunya akan menyadari bahwa mereka sebagai keluarga inti didalam masyarakat, disebabkan anak hanya mengenal ibunya sedangkan dengan ayahnya tidak maka dari itu ibu berperan sebagai kepala keluarga. Didalam keluarga intipun sangat dihindari perkawinan antara ibu dan anak lakilaki karena ditakutan akan terjadi adat perkawinan diluar batas disebuah keluarga yang disebut exogami. Kelompok keluarga tadi mulai meluas
karena garis keturunan untuk selanjutnya selalu diperhitungkan melalui garis
ibu. Dengan keadaan seperti ini timbul suatu keadaan masyarakat yang waktu itu
oleh Wilken disebut matriarchaat.
Ini adalah tingkat kedua dari perkembangan kebudayaan masyarakat.
3)
Ditahap
yang ke-2 ada ibu yang menjadi kepala keluarga sedangkan ditahap ke-3 ayah menjadi kepala keluarga karena tidak puas dengan keadaan tahap ke2 caranya mereka mulai mengambil calon istri
dari kelompok lain dan membawanya ke kelompok mereka sendiri. Keturunan mereka
juga tetap tinggal bersama kelompok pria. Kejadian ini menimbulkan suatu
kelompok keluarga dengan si ayah sebagai ketua, dan dengan meluasnya kelompok
ini, timbul keadaan patriarchaat.
Ini adalah tingkat ketiga dalam proses perkembangan kebudayaan manusia.
4)
Ditahap
yang terakhir atau yang ke-4 ini terjadi jika adanya exogami yang
berubah menjadi endogami yang artinya anak memilki hubungan langsung dengan anggota
keluarga ayahnya dan
ibunya. Patriachaat dan Matriachaat lambat laun akan menghilang dan berubah menjadi susunan kekerabatan yang disebut oleh Wilken sebagai susunan Parental atau Bilateral.
C. RUMAH TANGGA DAN KELUARGA INTI
Untuk mengenal tentang keluarga inti kita harus mengenal tentang tingkat daur ulang yang artinya menelaah tentang tingkatan manusia sepanjang hidup yang dalam Antropologi. Tingkatan-tingkatan daur ulang adalah masa bayi, masa panyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sudah menikah, masa kehamilan, masa usia lanjut dll. Setiap peralihat dari tingkat kehidupan ketingkat berikutnya,
besar diadakan upacara yang sifatnya universal.
Perkawinan akan menimbulkan sebuah keluarga yang memiliki kesatuan yang disebut rumah tangga tugasnya mengurus perekonomian rumah tangga tugasnya mengurus perekonomian rumah tangga. Rumah tangga terdiri dari keluarga , tetapi rumah tangga dapat terdiri lebih dari 1 keluarga inti karena rumah dapat diperbesar dan pergenerasi keluarga terus bertambah.
---------- Biasanya seorang peneliti untuk menghitung jumlah rumah tangga menggunakan dapur yang ada dirumah tersebut bukan jumlah bangunan atau keluarga inti yang ada ---------------------------------------------------------------------------
Keluarga inti adalah terdiri dari suami
,istri dan anak-anak mereka yang belum menikah atau bias disebut juga keluarga conjugal. Biasanya suami dan istri saling kerja sama untuk memikirkan pentingnya pendidikan dalam sosialisasi untuk keturunannya.
Bentuk keluarga inti seperti ini yang sederhana biasa disebut monogami yang terdiri dari lakilaki dan perempuan. Tetapi jika didalam sesuatu keluarga inti yang lebih dari seorang suami dan istri kita bisa sebut poligami. Jika didalam keluarga ini ada seseorang suami tetapi lebih dari seorang istri keluarga tersebut disebut poligini sedangkan dikeluarga inti terdapat seorang istri tetapi lebih dari seorang suami disebut poliandri.
Rupanya jumlah suku bangsa di dunia
yang mengenal suatu masyarakat dengan keluarga-keluarga inti yang berdasarkan
poligini lebih besar dari pada keluarga-keluarga inti berdasarkan monogami.
Sebaliknya tidak boleh dilupakan bahwa pada semua suku bangsa di dunia
yang mengenal sistem poligini, tidak pernah didapat keluarga inti secara 100%
berdasarkan poligini. Biasanya hanya suatu bagian kecil dari pada orang-orang
dalam tiap suku bangsa yang mengenal poligini itu melakukanya. Menurut para
ahli, biasanya kurang dari 20% melakukan poligini, dan mereka itu biasanya
adalah orang-orang dari kelas atas, bangsawan, orang-orang kaya, dan
sebagainya, dalam masyarakatnya mereka masing-masing. Kecuali itu, jangan
dilupakan bahwa lepas dari soal jumlah suku bangsa yang mengenal sistem
poligini, sebagian besar dari jumlah penduduk dunia hidup dalam keluaga inti
yang berdasarkan monogami, karena suatu bagian yang amat basar dari dunia
sekarang terpengaruh oleh bentuk-bentuk keluarga inti yang dikenal oleh
bangsa-bangsa Eropa dan Amerika, yang semua memang berdasarkan monogami. Adapun
keluarga inti yang berdasarkan poliandri tidak banyak contohnya.
Harus diingat bahwa kedua
pengertian, ialah rumah tangga dan keluarga batih, harus kita pisahkan dengan
tajam. Seperti telah dikatakan di atas, rumah tangga bisa lebih besar
dari keluarga inti, dan terdiri dari orang-orang warga keluarga inti, ditambah
orang-orang menumpang, pembantu-pembantu rumah tangga, pelayan dan
kadang-kadang budak-budak, atau terdiri dari dua atau tiga keluarga inti.
Sebaliknya, ada pula rumah tangga yang lebih kecil dari keluarga inti, misalnya
kalau suami dan istri tinggal terpisah dalam dua kota yang berlainan, atau
dalam suatu keluarga inti yang berdasarkan poligini tiap istri hidup dengan
anak-anaknya masing-masing, dalam rumahnya sendiri-sendiri, dan mengurus
ekonomi rumah tangganya sendiri-sendiri.
Pada semua keluarga inti dalam semua
masyarakat di dunia, kita lihat adanya dua fungsi pokok yang sama, ialah :
1.
Keluarga inti merupakan kelompok dimana individu pada dasarnya dapat menerima bantuan umat dari sesama.
2.
Keluarga inti merupakan kelompok dimana individu itu awalnya ketika mereka mandiri dan masih harus mendapatkan pengasuhan tau pemulaan dari pendidiknya.
D. Kelompok-kelompok kekerabatan
Bentuk-bentuk keluarga inti adalah kesatuan yang dalam antropologi disebut KIngroup, atau kelompok kekerabatan.
Yang dimaksud dengan group atau kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang-kurangnya
6 unsur yaitu:
1.
Sistem norma-norma yang mengatur tingkah laku warga kelompok
2.
Rasa
kepribadian kelompok yang
disadari semua warga
3.
Interaksi
yang intensif antar warga kelompok
4.
Sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antar warga kelompok
5.
Pemimpin
yang mengatur kegiatan-kegiatan kelompok
6.
Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka
tertentu
Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsure pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan. Tidak semua kelompok memiliki ke-6 unsur tersebut, karena selain wujudnya berbeda beda ada pula yang berbeda nilainya.
G.P Murdock membedakan 3 katagori kelompok kekerabatan berdasarkan fungsinya, yaitu ;
I.
Kelompok kekerabatan berkorporasi, sifatnya eksklusif dan biasanya memiliki ke-6 unsur tersebut. Dan jumlah kelompok ini biasanya terbatas.
II.
Kelompok kekerabatan kadang kala, sering kali tidak memiliki semua unsur yang ke-6. Kelompok jenis ini biasanya terdiri dari banyak anggota. Sehingga interaksi yang terus menerus tetapi hanya berkumpul kadang kadang saja.
III.
Kelompok kekerabatan menurut adat, biasanya tidak memiliki unsur-unsur 4,5, dan 6 dan kadang unsur 3. Kelompok-kelompok ini bentuknya sudah semakin besar sehingga ,warganya tidak saling mengenal. Mereka umumnya hanya mengatahui keberadaan warga kelompok berdasarkan tanda-tanda yang ditentukan adat.
Selain keluarga inti, ada beberapa bentuk kelompok kekerabatan yang sifatnya universal, yakni kelompok kekerabatan dengan seorang tokoh atau keluarga yang masih hidup sebagai pusat perhitungan disebut (ego-ori-ented kingroups), yang termasuk golongan pertamainiialah Kindred dan keluarga luas.
Kelompok yang kedua ialah kekerabtan berdasarkan hubungan kekerabatan disebut (encestor-oriented kingroup),
dan yang termasuk kelompok kedua ini adalah keluarga ambelined kecil, keluarga ambilined besar, keln kecil, klen besar, kfatri, dan paroh masyarakat.
CATATAN !
·
Kindkred.
Dalam masyarakat didunia seseorang sering bergaul saling bantu-mem bantu melakukan aktifitas bersama saudara-saudaranya.
Misalnya: pada hari ulang tahun.
·
Keluarga luas. Terdiri dari lebih keluarga inti, tetapi semuanya merupakan suatu kesatuan social yang amat erat dan biasanya hidup atau tinggal bersama dalam satu rumah.
·
Keluarga abilineal kecil. Terjadi ketika suatu keluarga luas yang
untrolokal mendapat suatu kepribadian oleh warganya,
contohnya timbul pelukis etnografi yang baik, terbukti ada banyak didunia.
·
Keluarga ambelineal besar. Kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa angkatan yang diturunkan oleh nenek moyang yang tidak saling mengenal, jumlah mereka berates-ratus
·
Klen besar. Merupakan suatu kelompok yang terdiri dari semua nenek moyang yang diperhitungkan melalui garis keturunan sejenis.
·
Klen kecil. Merupakan suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan dirinya berasal dari seorang moyang, dan terikat melalui garis keturunan
yang suatu, baik laki-laki atau perempuan
·
Fatri adalah kelompok kekerabatan yang sifatnya local dan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat.
·
Paroh masyarakat adalah kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fatri, tetapi yang selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.
E.
Prinsip-Prinsip Keturunan yang Mengikat
Kelompok-Kelompok Sosial
Setiap
individu yang hidup dalam suatu masyarakat secara biologis dapat menyebut
kerabat semua orang sesamanya yang mempunyai hubungan darah atau genes
melalu ibu atau ayahnya. Namun bagi seorang individu, batas kaum “ kerabat
sosiologisnya” atau kaum kerabatnya dalam rangka kehidupan masyarakatnya juga
berbeda bila dipandang dari tiga sudut, antara lain:
1.
Batas
kesadaran kekerabatan (kinship awareness).
2.
Batas dari
pergaulan kekerabatan (kinship affiliations).
3.
Batas dari
hubungan-hubungan kekerabatan (kinship relations).
Batas-batas
dari hubungan kekerabatan ditentukan oleh prinsip-prinsip keturunan atau principle
of descent. Menurut para ilmuwan, ada paling sedikit empat macam prinsip
keturunan, yaitu:
1.
Prinsip
patrilineal atau patrilineal descent yang menghitungkan hubungan
kekerabatan melalui pria saja.
2.
Prinsip
matrilineal atau matrilineal descent yang menghitungkan hubungan
kekerabatan melalui wanita saja.
3.
Prinsip
bilineal atau bilineal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan
melalui pria saja untuk sejumlah hak dan kewajiban tettentu, dan melalui wanita
untuk sejumlah hak dan kewajiban yang lain.
4.
Prinsip
bilateral atau bilateal descent yang menghitungkan hubungan kekerabatan
melalui pria maupun wanita.
Dalam
prinsip bilateral sendiri terdapat tambahan-tambahan prinsip, yaitu:
1.
Prinsip
ambilineal, yang menghitungkan hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam
masyarakat melalui pria, dan untuk sebagian orang lain dalam masyarakat itu
juga melalui wanita.
2.
Prinsip
konsentris, yang menghitungkan hubungan kekerabatan sampai jumlah angkatan yang
terbatas.
3.
Prinsip
promogenitur, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria
maupun wanita, tetapi hanya yang tertua saja.
4.
Prinsip
ultimogenitur, yang menghitungkan hubungan kekerabagan melalui pria
maupun wanita, tetapi hanya yang termuda saja.
F.
Sistem Istilah Kekerabatan
Sistem
istilah kekerabatan inti mempunyai hubungan yang erat dengan sistem kekerabatan
dalam masyarakat. Hubungan antara sistem istilah kekerabatan dalam suatu bahasa
dengan sistem kekerabatan dari suku bangsa yang mengucapkan bahasa itu adalah
suatu hal yang mula-mula ditemuka oleh L.H. Morgan.
Menurut para
sarjana antropologi, masalah istilah kekerabatan dapat di pandang dari tiga
sudut, yaitu:
1.
Dari sudut cara pemakain dari pada istilah-istilah
kekerabatan pada umumnya.
2.
Dari sudut
susunan unsur-unsur bahasa dari istilah-istilahnya.
3.
Dari sudut
jumlah orang kerabat yang di klasifikasikan kedalam suatu istilah.
Dipandang dari sudut cara
pemakaian dari istilah-istilah kekerabatan pada umumnya, maka tiap bahasa
mempunyai dua macam sistem istilah yang disebut, istilah menyapa atau term
of adress, istilah menyebut atau term of reference.
Dipandang dari sudut susunan
unsur-unsur bahasa dari istilah-istilah kekerabatan, maka tiap sistem istilah
kekerabatan itu menpunyai tiga macam istilah, yaitu; istilah kata dasar atau elementary
terms, istilah kata ambilan atau derivative terms, istilah
deskriftif atau descrivtive terms.
Dipandang dari sudut jumlah orang
kerabat yang diklasifikasikan kedalam satu istilah itu, maka tiap sistem
istilah kekerabatan mempunyai tiga macam istilah, yaitu; istilah denonatif atau
denotatif term, istilah designatif atau designative term, istilah
klasifikatoris atau clasivicatory term.
Para sarjana antropologi telah
mendapatkan berbagai macam metode untuk mengupas sistem-sistem istilah
kekerabatan. Salah satu bagian adalah misalnya istilah-istilah untuk menyebut
istilah saudara kandung dan saudara sepupu. Sistem istilah kekerabatan suku
bangsa di muka bumi dapat digolongkan dalam enam tipe, diantaranya yaitu;
- Tipe hawaiian. Dalam tipe istilah ini semua saudara sepupu mempunyai istilah yang sama dengan saudara kandung. Tipe ini sering disebut generation type.
- Tipe Eskimo. Dalam tipe istilah untuk saudara sepupu ini semua saudara sepupu disebut dengan satu istilah berbeda dengan istilah untuk saudara sekandung. Tipe ini juga disebut linial type.
- Tipe Iroquois. Dalam tipe ini saudara sekandung yang parallel cousin mempunyai istilah yang sama dengan saudara sekandung, tetapi berlainan dari saudara sepupu yang cross cousin. Tipe ini sering kali disebut bifurcate margin type.
- Tipe Sudan. Dalam tipe ini baik parallel cousin maupun cross cousin masing-masing mempunya istilah-istilah khusus yang berbeda lagi dari istilah untuk saudara kandung. Tipe isi sering disebut bifurcate collateral type.
- Tipe Omaha. Dalam tipe ini parallel cousin mempunyai istilah-istilah yang sama dengan saudara kandung, sebaliknya cross cousin dari pihak ayah mempunyai istilah yang berbeda dengan cross cousin dari pihak ibu, tetapi istilah cross cousin melanggar prinsip generation, sehingga cross cousin dari pihak ayah mempunyai istilah yang sama dengan anak saudara wanita, dan cross cousin dari pihak ibu mempunyai istilah yang sama dengan saudara wanita ibu dan ibu-ibu.
- Tipe Crow. Dalam tipe ini juga parallel cousin mempunyai istilah yang sama dengan saudara kandung. Cross cousin mempunyai istilah yang ama dengan saudara-saudara kandung. Cross cousin mempunyai istilah-istilah yang khusus, yang juga melanggar prinsip generation, sehingga cross cousin dari pihak ayah mempunya istilah yang sama dengan saudara wanita ayah dan ibu ayah, dan cross cousin dari pihak ibu mempunyai istilah yang sama dengan saudara anak laki-laki.
G.
Sopan Santun
Pergaulan Kekerabatan
Dalam hal
menyelediki dan mengupas suatu sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat, ada
baiknya seorang peneliti juga memperhatikan adat sopan santun pergaulan atau kinship
behaviour dan mencoba mencatat hal itu setepat mungkin. Adat sopan santun
pergaulan memang menentukann bagaimana orang seharusnya bersikap terhadap
kerabatnya yang satu, dan bagaimana terhadap kerabatnya yang lain, dan karena
itu mengandung banyak bahan yang bisa menerangkan sistem kekerabatannya pada
umumnya dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam
masyarakat dari hampir semua suku bangsa di Indonesia, adat sopan santun yang
menentukan bahwa kelakuan terhadap kerabat-kerabat yang amat tua harus bersifat
menghormati, adapula kerabat-kerabat yang dapat kita pergauli dengan sikap
bebas. Dalam masyarakat suka-suku bangsa lain didunia, adat yang menentukan
kepada siapakah orang harus bersikap hormat dan kepada siapakah orang bisa
bersikap bebas.
Beberapa
sarjana antropologi telah mencoba menerangkan mengapa adat sopan santun
hubungan kekerabatan yang mengandung hormat maupun kebebasan itu dapat
meningkat ke arah kedua ekstrim tersebut. Ada suatu teori yang menerangkan
bahwa kedua bentuk adat sopan santun yang ekstrim tersebut hanya suatu saluran
psikologis saja untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan yang selalu timbul
antara individu yang berada dalam pergaulan secara terus-menerus dan intensif.
Bergaul secara erat memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan masing-masing, dan memberi lebih banyak kesempatan untuk
konflik dan ketegangan. Dalam banyak masyarakat kecil di dunia, seseorang
sering terpaksa harus bergaul dengan kaum kerabatnya secara erat sekali,
konflik dan ketegangan harus di hindari dengan adat-adat sopan santun
bersungkan atau bergurau.
H.
Ikhtisar
Kelompok-Kelompok Kekerabatan
Kelompok-kelompok
kekerabatan tersebut, yang tersusun menurut tata urutan dari yang kecil sampai
besar, dapat kita periksa fungsi-fungsi sosialnya. Fungsi sosial dari
kelompok-kelompok kekerabatan kecil, khusunya dari keluarga batih dan keluarga
luas, adalah mengurus tata laksana kehidupan rumah tangga, sedangkan usaha mata
pencaharian hidup sebagai kesatuan juga hanya bisa dilaksanakan oleh
kelompok-kelompok kerabatan yang kecil, ketat.
Fungsi
melambangkan kesatuan adat dalam kenyataan berwujud
penyelenggaraan-penyelenggaraan dari ucapan agama (seperti upacara pembakaran
tulang belulang nenek moyang), atau upacara sosial politik (seperti potlatch),
yang bertujuan memperkokoh rasa indentited klen besar, fratri, atau paruh
masyarakat. Masyarakat-masyarakat dengan klen besar, tetapi tanpa fratri atau moiety,
atau sudah hilang organisasi itu, juga tidak mempunyai kehidupan klen
besar, arti klen besar sebagai kelompok kerabat hilang fungsi sosialnya.
Contohnya adalah misalnya marga batak yang seperti telah diuraikan diatas,
merupan klen besar dengan beratus-ratus ribu warga, yang satu dengan yang lain
tidak saling kenal-mengenal lagi. Karena marga batak tidak kenal lagi sistem
fratri atau moiety yang berarti, maka arti dari marga besar (bukan marga
kecil) dalam kehidupan orang batak hilang atri dan fungsi sosialnya.
Dalam
zaman modern ini banyak dari fungsi-fungsi sosial diambil alih oleh lain-lain
pranata sosial dan lembaga-lembaga dalam masyarakat. Dalam masyarakat sekarang
misalnya, yang biasanya berdasarkan negara nasional, jarang kekuatan politik
dikerahkan melalui saluran-saluran kekerabatan, melainkan melalui partai-partai
politik, organisasi buruh, atau lembaga-lembaga politik dalam rangka negara
nasional. Misalnya, mengerahkan tenaga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam masyarakat kota, bahkan sekarang makin lama makin banyak juga dalam
masyarakat perdesaan, jarang lagi memakai saluran hubungan kekerabatan, karena
bermacam-macam tenaga buruh, masing-masing dengan keahlian yang khusus, dapat
dikerahkan dalam sistem upah.
Kesimpulan
Dengan demikian
dapat disampaikan bahwa hubungan kekerabatan atau kekeluargaan ini dalam
menjalin hubungannya dimulai dari tahap yang paling awal yaitu dalam keluarga
atau rumah tangga. Dan hubungan kekerabatan ini juga merupakan unsur pengikat
bagi suatu kelompok kekerabatan, caranya dapat di tempuh dengan adanya
perkawinan dan juga keturunan.
Di Indonesia sendiri terdapat banyaknya sistem kekerabatan yang berlangsung
dalam berbagai suku – suku yang ada di Indonesia, contohnya seperti suku bugis
dengan patron kliennya ( sistem kesetia kawanan ) dan banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA :
Koentjaraningrat.1996.Pengantar ilmu antropologi jilid
1.Jakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat.1967.Beberapa
Pokok Antropologi Sosial.Yogyakarta: Dian Rakyat