SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental secara singkat
merupakan dari kondisi mental yang sehat,
kesehatan mental ini sudah ada sejak zaman Yunani kuno atau lebih
tepatnya sejak era pra ilmiah yang masih
menganut konsep primitif anamisme, yaitu kepercayaan bahwa dunia ini diawasi
atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Masyarakat pada zaman ini percaya
apabila seseorang mengalami gangguan mental dikarenakan adanya dewa yang marah
kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Sehingga untuk menghindari kemarahan dewa
tersebut, masyarakat saat itu mengadakan perjamuaan pesta atau sesaji dengan
mantra dan korban untuk menenangkan sang dewa yang marah.
Seiringnya perkembangan zaman, masyarakat
yang tadinya animisme mulai memandang masalah kesehatan mental ini berdasarkan
konsep naturalisme. Hipocrates (460-367) dan pengikutnya yang saat itu
mengembangkan sebuah pandangan revolusioner dalam pengobatan ini memperkenalkan
akan pendekatan “Naturalisme”, suatu
aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik i itu merupakan akibat
dari alam. Hipocrates menolak adanya pengaruh roh, dewa, dan hantu sebagai
penyebab sakit. Dia mengatakan “Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan
menemukan otak yang basah dan mencium bau amis; akan tetapi anda tidak akan
melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda”.
Ide naturalistik ini terus berlanjut
dan kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan
pemeriksaan atau pembedahan hewan. Dan dalam perkembangan selanjutnya,
pendekatan ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang kristen.
Seorang dokter Perancis, Philipe
Pinel (1745-1826) menggabungkan filsafat politik dan sosial yang baru untuk
memecahkan permasalahan dari penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala
Rumah Sakit Bitcetre di Paris. Di ruamh sakit ini para pasiennya ( yang maniac )
dirantai, diikat ke tembok dan tempat tidur. Para paisen yang telah dirantai
selama 20 tahun atau lebih, dan mereka yang dipandang sangat berbahaya dibawa berjalan-jalan
di sekitar rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak yang berhasil membaik,
mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya
sendiri.
Beralih dari era pra ilmiah perjalanan
dari kesehatan mental terus berlajut ke era ilmiah (modern). Perubahan dalam
sikap dan cara pengobatan masalah kesehatan
ini terlihat dari konsep yang
animisme (irrasional) dan tradisional
ke sikap dan cara yang lebih rasional (ilmiah).
Proses ini terjadi ketika berkembangnya ilmu pskologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika
itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit
Penisylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai “lunatics” (orang-orang gila atau sakit
ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali
pengetahuan tentang penyebab kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana
menyembuhkannya. Sebgai akibatnya, pasien-pasien tersebut dikurung dalam sel
yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-kali diguyur dengan
air. Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang
yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengaan
melakukan penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan
pertemuan-pertemuanlainnya. Akhirnya setelah usaha itu dilakukan (selama 13
tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah sakit dibangunlah ruangan khusus bagi
para pasien penderita gangguan mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien
wanita dan pria. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada
para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi,
dan mencari kesenangan.
Dari perkembangan psikologi abnormal
dan psikiatri ini memberikan pengaruh yang sangat besar kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi
suatu “body of knowledge” berikut
gerakan-gerakannya yang terorganisir.
Perkembangan mental hygiene
dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini
terutama terdapat dua tokoh perintis yang berpengaruh, yaitu Dorothea Lynde Dix
dan Clifford Whinttingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah.
Dorothea Lynde Dix lahir pada tahun
1802 dan meninggal pada 17 juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di
Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami
gangguan mental. Sebagai perintis (pioner),
selama 40 tahun dia berjuang untuk
memberikan pengobatan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi. Usaha Dix
pertama kali di arahkan untuk para pasien mental di rumah sakit, kemudian di
perluaskan kepada penderita gangguan mental yang di kurung di rumah-rumah
penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran
masyarakan umum untuk memeperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental.
Berkat usahanya yang tidak kenal lelah, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah
sakit jiwa, dimana dia menjadi salah seorang pendirinya. Atas jasa-jasanya
tersebut dia layak mendapatkan pujian sebgai salah seorang wanita besar di abad
19.
Pada tahun 1909, gerakan mental
hygiene secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi
mental hygiene telah didirikan, seperti : Ameican
Social Hygiene Association (ASHA), dan American
Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan hygiene
ini tidak lepas dari jasa Clifford Whinttingham Beers (1876-1943). Bahkan
karena jasa-jasanya itulah, Beers dinobatkan sebagai “the founder of the Mental Hygiene Movement”. Beers terkenal karena
pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental
dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam mental
hygiene, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien di beberapa rumah
sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau
pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini
terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan
mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapat perawatan
terakhirnya di rumah sakit dia mulai memeperbaiki diri, dan selama tahun
terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk memebuat
suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau
orang gila (insane). Setelah dia
kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908
dia menindaklanjuti gagasannya dengan memepublikasikan sebuah tulisan
autobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental, yang berjudul “A Mind Tbat Found It self”. Kehadiran
buku ini disambut baik oleh Wiliam James, sebagai seorang pakar psikologi.
Dalam buku ini, Beers memberikan
koreksei terhadap progam pelayanan layanan, perlakuan, atau “tretment” yang diberikan kepada para
pasien di rumah-sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu Beers
melakukan reformasi terhadap lembaga-lembaga yang memberikan perawatan gangguan
mental. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau
disembuhkan. Selanjutnya Beers merancang suatu progam yang bersifat nasional
dengan tujuan :
1. Mereformasi program perawatan dan
pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa,
2. Melakukan penyebaran informasi kepada
masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para
pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa,
3. Mendorong dilakukannya berbagai
penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental, dan
4. Mengembangkan praktik-praktik untuk
mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon yang positif dari
kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti William James dan
seorang psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap
gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama “mental hygiene”. Dengan demikian yang
mempopulerkan istilah “mental hygiene” adalah Meyer.
Belum lama
setelah buku itu di terbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama
didirikan, dengan nama “Connecticut
Society for Mental Hygiene”. Satu tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19
Febuari 1909 didirikan “Natiinal
Committee for Mental Hygiene”, disisni Beers diangkat menjadi sekretarisnya.
Organisasi ini bertujuan :
1.
Melindungi
kesehatan mental masyarakat,
2.
Menyususun
standar perawatan bagi para pengidap gangguan mental,
3.
Meningkatkan
studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang
terkait dengannya,
4.
Menyebarkan
pengetahuan tentang kasus-kasus gangguan mental, pencegahan fan pengobatannya,
dan
5.
Mengkordinasikan
lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Terkait dengan perkembangan gerakan
mental hygiene ini, Deustch mengemukakan, bahwa pada masa dan pasca Perang
Dunia 1, gerakan mental hygiene ini mengkonsentrasikan programnya untuk
membantumereka yang mengalami masalah serius, yaitu war neurosis. Setelah perang usai, gerakan mental hygiene semakin
berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti :
pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan
kerja sosial.
Secara hukum, gerakan mental hygiene
ini mendapat pengukuhannya pada tanggal 3 juli 1946, yaitu ketika Presiden
Amerika Serikat menandatanganin “the
National Mental Health Arc”. Dokumen ini merupakan blueprint yang komperhensif, yang berisi program-program
jangkapanjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga
masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu
meliputi :
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh
warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, investigasi, eksperimen,
penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan;
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah
dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian, dan meningkatkan koordinasi
antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitiannya;
3. Memeberikan latihan terhadap para
personel tentang kesehatan mental; dan
4. Mengembangkan dan membantu negara
dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap
para pengidap gangguan mental.
Tindak lanjut dari program aksi ini,
di keluarkannya dana yang sangat besar untuk mewujudkan tujuan-tujuan yg telah
diprogramkannya. Seperti pemberian bantuan kepada National Institut of Mental Health,
sebesar $7.500.000, yang digunakan untuk melengkapi fasilitas rumah
sakit termasuk gedung laboratorium dan perlengkapannya. National Institut ini
juga menjadi “clinical research senter”
untuk meneliti atau investigasi masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan
mental. Setelah tiga tahun pertama program itu berjalan, dikeluarkan bantuan
dana lagi bagi program pendidikan sarjana dan pascasarjana, sebesar $5.700.000;
dan untuk penelitian sebesar $1.377. 862.
Pada tahun 1950 organisasi mental
hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya “National Association for Mental Health” yang bekerjasama dengan
tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu “National Committe for Mental Hygiene”, ”National Mental Health
Foundation”, dan “Psychiatric
Foundation”.
Gerakan mental hygiene ini terus
berkembang, sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu
tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini
dikembangkan melalui “The World
Federation for Mental Health” dan “The
World Health Organization”.
KONSEP SEHAT DALAM KESEHATAN MENTAL
Sehat sejatinya mencangkup kondisi
fisik kita dan jiwa kita, istilah “mens
sana in corpore sano” yang diambil dari bahasa latin menjelaskan secara singkat
sehat mental disini adalah “jiwa yang
sehat dalam tubuh yang sehat”. Dan tak hanya itu pada tahun 1948 World Health Organization atau dikenal WHO menyebutkan bahwa pengertian kesehatan
adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
Dalam kalangan para pakar kesehatan
mental sendiri, mereka menggunakan istilah “wellness” untuk menggambarkan suatu
keadaan “sehat” yang secara lebih komperhensif. Istilah ini mempunyai makna
yang lebih luas yang mencangkup “mental health” sekaligus “mental hygiene” dan
dikembangkan secara holistik untuk mendepkripsikan konsep keutuhan internal dan
eksternal dari kepribadian yang sehat.
Wellness merupakan suatu kondisi yang
lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan konsep “sehat” atau “baik”. Dalam
pengertian “wellness” kondisinya tidak hanya sehat jasmani atu mental,akan
tetapi kepribadian secara keseluruhan sebagai suatu refleksi dari kesatuan
unsur jasmani dan rohani, serta interaksinya dengan dunia luar. Oleh karena itu
istilah “wellness’’ merupakan konsep
“sehat” yang bersifat multidimensional.
Nicholas dan Goble (1989)
mengemukakan sistem model “wellness” yang multidimensional menekankan empat
prinsip yaitu :
1. Sehat itu multidimensional, artinya kondisi sehat itu terjadi dalam berbagai dimensi
kehidupan yang mencangkup: dimensi fisik, emosional, sosial, spiritual,
vokasional, dan intelektual.
2.
Sehat itu variabel/dinamis dan tidak
statis, artinya
kondisi sehat itu bukan sesuatu yang statis dan diam akan tetapi merupakan
suatu keadaan yang dinamis dan bervariasi dalam dimensi waktu dan tempat. Ada
satu saat sehat dan di saat lain kurang sehat, dan di tempat tertentu dapat
sehat tapi di tempat lain kurang sehat.
3. Sehat itu mengatur sendiri dalam setiap dimensi kehidupan, artinya dalam masing-masing dimensi
kehidupan akan terjadi suatu proses perngaturan sedemikian rupa sehingga dalam
suatu dimensi misalnya dalam aspek fisik, maka akan terjadi upaya untuk
mendorong kondisi ke arah lebih baik.
4. Sehat itu mengatur sendiri antara dimensi kehidupan, artinya kondisi sehat dalam setiap
dimensi akan saling berkaitan dan saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan
keseluruhan kepribadian. Misalkan, keadaan emosional yang kurang sehat akan
berpengaruh pada dimensi-dimensi lainnya yaitu pekerjaan, sosial,
intelektual,dsb.
Archer, Probert, dan Gage (1987) mendefinisikan
“wellness” sebagai proses dan keadaan suatu pencapaian funsi-fungsi manusiawi
secara maksimum yang mencakup aspek badan, jiwa, dan kesadaran. Model
“wellness” dan prevensi dalam seluruh lingkup kehidupan merupakan keterpaduan
konsep teoritis dan psikologi, antropologi, sosiologi, religi, dan pendidikan.
Berdasarkan
konsep “wellness” dengan model holistik multidimensional, di gambarkan terdapat
lima tugas-tugas hidup yang saling berkaitan dalam bentuk roda keseluruhan
kehidupan. Kondisi tersebut dinyatakan dalam lima tugas hidup yang meliputi:
spiritualitas, regulasi diri, perkerjaan, cinta, dan persahabatan dengan
tantangan-tantangan hidup yang timbul dalam keluarga, masyarakat, religi,
pendidikan, pemerintah, media, dan dunia usaha/industri. Peristiwa-peristiwa
global baik alam maupun manusia mempunyai pengeruh timbal balik dengan
tantangan-tantangan hidup dan tugas-tugas hidup.
Spritualitas,
merupakan tugas hidup pertama dan yang
paling inti dan sentral dalam kebulatan “wellness”. Tugas hidup dalam
dimensi spiritualitas merupakan naluri keagamaan dari setiap manusia sejak
dahulu kala hingga masa kini dalam berbagai peradaban, budaya, dan bangsa.
Naluri religi tercermin dalam kesadarn akan nilai-nilai suci dan esensial bagi
kode-kode etika, moral, dan hukum yang digunakan untuk mempunyai dimensi
Ke-Mahaesaan Tuhan, kedamaian hidup, makna dan tujuan hidup, optimisme atau
harapan dalam antisipasi masa depan, dan nilai-nilai untuk membimbing hidup dan
pembuatan keputusan.
Regulasi
diri, tugas hidup yang kedua,
yaitu tugas-tugas untuk mengatur diri sendiri agar mampu hidup secara baik dan
sehat. Tugas regulasi diri mencangkup karakteristik tugas-tugas :
a.
Mewujudkan dan mempertahankan harga diri,
b.
Pengendalian diri,
c.
Keyakinan yang realistik,
d.
Spomtanitas dan respon emosional secara tepat,
e.
Stimulasi intelektual, pemecahan masalah, dan
kreativfitas;
f.
Rasa humor,
g.
Kesegaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
Pekerjaan,
tugas hidup yang ketiga. Pekerjaan
sebagai tugas hidup, di harapkan dapat dimiliki oleh setiap orang dalam
menunjang kelangsungan hidupnya secar sehat. Untuk mewujudkan kondisi hidup
yang sehat, pekerjaan tidak hanya bermakna ekonomis, akan tetapi juga bermakna
sosial, psikologis, memenuhi kebutuhan ekonomis melalui penghasilan yang
diperolehnya. Secara sosial, pekerjaan yang dimiliki dapat menunjang
berkembangnya interaksi dan kehidupan sosial. Secara psikologis, pekerjaan
merupakan jalan dalam proses perkembangan dan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan psikologis. Dan secara psiritual, pekerjaan pada hakekatnya
merupakan salah satu perwujudan kewajiban agama.
Persahabatan, tugas hidup yang ke empat. Yaitu
hubungan sosial antara individu dalam masyarakat yang berdasarkan komitmen satu
dengan yang lain atas dasar keakraban dan saling pengertian. Dengan
persahabatan ini individu akan memperoleh dukungan sosial, yang meliputi
dukungan yang bersifat emosional, sukungan benda nyata, dan informasional.
Selanjutnya “wellnes”
dikembangkan dengan tugas hidup yang
kelima yaitu cinta, dimana
kesehatan kkita diasuh dalam hubungan pernikahan atau hubungan emosional yang
intim melalui kepercayaan, pemeliharaan, dan kerjasama. Berbeda dengan
persahabatan, dalam cinta hubungan antar
individu memiliki derajat keintiman yang lebih mendalam dan bersifat emosional
serta seksual. Cinta diwujudkan melalui lembaga keluarga.
Tugas-tugas
hidup itu dihadapkan degan berbagai tantangan dalam berbagai tantangan dalam
berbagai dimensi kehidupan yang meliputi : keluarga, agama, pendidikan, masyarakat,
media, pemerintah/politik, dan dunia usaha/industri. Ketujuh dimensi tersebut
masing-masing memberikan tantangan dan tuntutan bagi individu uantuk mampu
melaksanakan tugas-tugas hidup secara tepat dan bermakna agar dapat mewujudkan
keseimbangan sehingga mencapai “wellness”.
Interaksi
antara tugas hidup dan tantangan itu tidak terlepas dari berbagai peristiwa
global yang terjadi di seluruh dunia dan jagat raya baik peristiwa manusia
maupun alam. Segala perubahan dan perkembangan global yang berupa kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi mau tidak mau akan mempengaruhi kehidupan suatu
peradaban, budaya, dan bangsa tertentu yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kehidupan individual.
PERBEDAAN KONSEP KESEHATAN MENTAL
BARAT DAN TIMUR
BARAT
Model Biomedis (Fruend, 1991)Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkemb biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In Corpore Sano”.
Memiliki 5 asumsi: (Freund, 1991)
- Terdapat perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu.
- Penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh.
- Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi.
- Tubuh seperti sebuah mesin.
- Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.
Model
Psikiatris (Helman, 1990)
- Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangguan mental.
- Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
- Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman.
- Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan- kemungkinan lingkungan.
- Model sosial: menekankan gangguan dalam konteks performansnya.
Model Psikosomatis
(Tamm, 1993)
Muncul karena
ketidakpuasan dengan model biomedis. dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar
(1930-an) tidak ada penyakit
fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak
ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang
melalui saling terkait secara berkesinambungan antara faktor fisik dan mental
yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.
TIMUR
Model
Timur,bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990). Holistik
sempit,organisme manusia dilihat sbg suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung. Holistik
luas, sistem tersebut merupakan suatu bagian
integral dari sistem- sistem yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi
terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh
oleh lingkungan tapi juga bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA :
Yusuf Syamsu. 2004. Mental Hygiene.
Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Surya Mohamad. H . 2003.
Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
http://aufafefa.blogspot.com/2015/03/sejarah-kesehatan-mental-konsep-sehat.html